Tuesday, November 15, 2016

TIONGKOK ANCAMAN NYATA KEDAULATAN NKRI


Cina Perantauan (Overseas China) menyebar dibanyak negara. Bisnisnya sebatas restoran, kelontong, bordil, judi dan narkoba. Hanya di Indonesia merambah sampai properti, perbankan, media massa.

Meski berdiam lama orientasinya tidak pudar. Negara asalnya menganut dwi kebangsaan. Selain untuk mengatasi ledakan penduduk juga alat hegemoni. Rumpun melayu diisingkirkan negeri Singapura dicaplok. Negeri dibangun dengan pasir selundupan dari Kepulauan Riau. Negara miskin Afrika pun tak luput dalam cengkeramannya.


Imperium Cina Raya hadir ke Nusantara sejak abad ke-12. 40.000 Tentara Mongol dan Cina menyerang ditumpas habis oleh Raden Widjaya dari Singosari. Sepanjang masa etnis ini terus berulah. Laskar Po An Tui dibentuk penjajah Belanda sebagai mata-mata serta menebar teror kepada rakyat dan pejuang kemerdekaan.

Pada tahun 1946 di Bagan Siapi-Api Riau, mereka mengibarkan bendera Cap Ji Kak (12 bintang) yang menimbulkan kemarahan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Etnis Cina membalas membantai ribuan pribumi. Tak terhitung catatan pengkhianatan etnis Cina termasuk andil dalam G30S PKI.

Ongkos Mahal Bagi NKRI

Cina raya berupaya menggeser hegemoni Barat. Operasinya di Indonesia mengelontorkan dana besar-besaran. Kompensasinya proyek infrastruktur pelabuhan, tol, pembangunan KA, operalih BUMN, ploting menggeser perusahaan minerba Barat pasca berakhir kontrak karya. 10 juta buruh Cina disusupi tentara merah akan membanjiri Indonesia.

Memanfaatkan sistem yang bobrok Cina raya menguasai ekonomi dan politik Indonesia. James Riyadi, Aguan, Sofwan Wanadi, Syamsul Nursalim, Paul Sutopo, Ciputra, TW, Prayogo Pangestu, Cocong, Antoni Salim, Asie, Edi Porkas, Engtiong, Johni Kusuma, Yoris, serta para taipan kartel hitam dikenal dengan julukan '9 barongsai'. Agen yang di tanam untuk merusak moral dan menggerogoti kekayaaan bangsa Indonesia. Jejaring guritanya membelit instansi Kepolisian, Kejaksaan dan MA. Bahkan lembaga sekaliber KPK dan BPK dibuat tak berkutik.

Bangsa Cina Indonesia dijulukin yahudinya Asia Tengara. Mereka tidak memiliki nasionalisme 600 trilyun rupiah BLBI dikemplang dibawa kabur keluar. Negara menanggung bunga subsidi sebesar 60 T rupiah pertahun dari APBN sampai 20 tahun mendatang. Salah satu Obligor Sukanto Tanoto dengan bangga mengatakan Cina bapak kandungnya. Padahal mereka menikmati kekayaan dari Indonesia.

Sepak terjang Cina raya semakin menjadi-jadi. Pulau Natuna dimasukkan dalam peta wilayah lautnya. Kapal nelayannya menangkap ikan diperairan Indonesia dikawal kapal perang Cina. Kapal TNI AL dilabrak tak berkutik.

Cina raya kini kembali mengusik kedaulatan NKRI. PM Cina Le Keqiang mengancam menyerbu Indonesia, terkait sikap tuntutan umat Islam atas kasus penistaan agama oleh Ahok anteknya. Sementara peristiwa 98 dijadikan dalih tidak ada kaitan sama sekali dengan aksi damai bela Islam.

Perlu digarisbawahi berita pemerkosaan etnis cina dikampanyekan komprador asing hanya omong kosong untuk merusak citra Indonesia di mata internasional. Sangat tidak logis ditengah kebakaran hebat ada orang bisa memerkosa. Tenyata info bersumber dari kedutaan AS. Ribuan warga keturunan yang ingin bekerja di AS supaya mudah mendapat visa mendata sebagai pemohon suaka seolah korban kerusuhan 98. Demi secuil keuntungan pribadi warga keturunan rela mencoreng nama baik NKRI. Tiongkok ancaman nyata kedaulatan NKRI.

Tuesday, November 8, 2016

Do'a Penghancur Kaum Kafirin

Bismillaahirrahmaanirrahiim



Rabbanaa afrigh 'alaynaa shabran watsabbit aqdaamanaa waunshurnaa 'alaa alqawmi alkaafiriina

Ya Rabb kami, curahkanlah kesabaran kepada kami, teguhkanlah langkah kaki [pendirian] kami dan menangkanlah kami atas orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 250)

Rabbanaa ighfir lanaa dzunuubanaa wa-israafanaa fii amrinaa watsabbit aqdaamanaa waunshurnaa ‘alaa alqawmi alkaafiriina

Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, sikap berlebihan dalam sebagian urusan kami, teguhkanlah langkah kaki [pendirian] kami dan menangkanlah kami atas orang-orang kafir. (QS. Ali Imran [3]: 147)

Allahumma munzilal-Kitab, sari’al hisab. Allahummahzim Al-Ahzab, Allahummahzimhum wa zalzilhum

(Ya Allah, yang menurunkan Kitab, cepat perhitungannya. Ya Allah hancurkanlah pasukan bersekutu. Ya Allah, hancurkanlah mereka dan porak-porandakanlah mereka).” (HR Bukhary 2716)

Allahumma munzilal-kitab wa mujriyas-sahab wa hazimal-ahzab, ahzimhum wanshurnaa ’alaihim

(Ya Allah, yang menurunkan Kitab, menggerakkan awan dan menghancurkan pasukan bersekutu, hancurkanlah mereka dan tolonglah kami mengalahkan mereka.” (HR Muslim 3276)

Alloohummaghfir lilmu’miniina wal mu’minaat Wal muslimiina wal muslimaat Wa allif baina quluubihim Wa ashlih dzaata bainahum Wanshur ‘Alaa ‘Aduwwika wa’aduwwihim

Allohummal’in kafarota ahlil kitaabil ladziina Yukadzibuuna rusulaka wayuqottiluuna auliyaa aka

Alloohumma khollif baina kalimaatihim Wazalzil Aqdaamahum Wa anzilbihim ba’sakalladzii layuroddu ‘anil qaumil mujrimiin

Bismillaahirrahmaanirrahiim Allohumma innaanasta’iinuka

Artinya:

“Ya Allah ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat,
Ya Allah jinakkan, satu padukan hati orang-orang muslimin, Perbaikilah keadaan mereka,
Tolonglah kaum muslimin utuk melawan musuh-musuh-Mu, dan musuh-musuh mereka

Ya Allah, laknatlah orang-orang kafir yang mendustakan para RasulMu dan membunuh para kekasih-Mu,

Ya Allah cerai-beraikan kesatuan kata mereka, Hancur leburkan kekuatan mereka,
Dan turunkanlah bencana-Mu yang tiada tertolak lagi untuk orang-orang yang penuh dengan dosa

Dengan menyebut nama-Mu ya Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang,

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon perlindungan kepadaMu”

Allahumma inna nasta’iinuka wastaghfiruka wa nastahdika wa nukminu laka wa nawakkal ‘alaika wa nutsanniya ‘alaikal khaira kullahu wa nasykuruka wa la nakfuruka wa nakhla’u wa natruka man yafjuruka

(Ya Allah! Sesungguhnya kami memohon pertolongan-Mu, ampunan-Mu, petunjuk-Mu. Kami beriman, bertawakkal, dan memuji hanya ke hadirat-Mu dengan semua kebaikan. Kami bersyukur dan tak kufur ke hadirat-Mu. Kami lepas dan tinggalkan orang-orang nan mendurhakai-Mu!)

Allahumma iyyaaka na’budu wa la ka nushalli wa nasjudu wa ilaikan nas’a wa nahfid narju rahmataka wa nakhsya ‘azaabaka inna ‘azaabakal jiddu bil kuffari mulhiq

(Ya Allah! Ke hadirat-Mu kami menyembah, shalat dan sujud. Serta kehadirat-Mu kami berjalan dengan cepat, sebab mengharap rahmat-Mu dan takut akan siksaan-Mu. Sesungguhnya siksaan-Mu niscaya terjadi menyergap orang-orang kafir)

Allahumma azzibil kufrata wal musyrikin alladzina yashudduna ‘an sabiilia wa yakadzdzibuna rusullaa wa yuqaatiluuna awliyaaika alllahummaghfir lil mukminiina wal mukminaat wal muslimiina wal muslimaat wa ashlih dzaata bainihim wa allif baina quluubihim waj’al fii quluubihim al-iimaan wal hikmata wa tsabbithum ‘ala millati rasuulia wa awji’hum an yuufuu bi’ahdikan alladzi ‘aahat-hum ‘alaihi wanshurhum ‘ala ‘aduwwika wa ‘aduwwihim ilaahal haqqi waj’alna minhum


(Ya Allah, siksalah orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang menghalang-halangi jalan-Mu, mendustakan para rasul-Mu, dan memerangi kekasih-Mu. Ya Allah! Ampunilah seluruh orang mukmin laki-laki dan perempuan, muslimin dan muslimat. Damaikanlah di antara mereka saling sayang menyayangi di antara mereka. Jadikanlah dalam hati mereka iman dan hikmat, dan tetapkanlah mereka pada agama rasul-Mu, berilah ilham kepada mereka buat memenuhi janji-Mu nan telah Engkau janjikan mereka atasnya dan tolonglah mereka mengalahkan musuh-Mu dan musuh mereka. Wahai Tuhan nan Hak! Jadikanlah kami di antara mereka).

Sunday, November 6, 2016

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Penuhi Pesan Ibu Untuk Menjadi Anggota RPKAD


Gatot Nurmantyo lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada 13 Maret 1960. Tapi sejatinya ayahnya berasal dari Solo dan ibunya dari Cilacap. Gatot dibesarkan dari keluarga yang berlatar militer pejuang sangat kental. Ayah Gatot, bernama Suwantyo, seorang pejuang kemerdekaan yang pernah menjadi Tentara Pelajar. Di masa perang kemerdekaan ayahnya bertugas di bawah komando Jenderal Gatot Subroto. Dari nama tokoh militer kharismatik itulah, ayahnya kemudian memberi nama anaknya “Gatot”.

Ayah Gatot pensiun dengan pangkat terakhir Letnal Kolonel Infanteri dan tugas terakhir sebagai Kepala Kesehatan Jasmani di Kodam XIII/Merdeka, Sulawesi Utara. Sedangkan ibunda Gatot, anak seorang Kepala Pertamina di Cilacap, memiliki tiga orang kakak kandung yang mengabdi sebagai prajurit TNI AD, TNI-AL dan TNI-AU.

Karena anak tentara, sejak kecil Gatot hidup berpindah-pindah. Setelah dari Tegal, ia pindah ke Cimahi, Jawa Barat, hingga kelas 1 Sekolah Dasar. Setelah itu ia pindah Cilacap sampai kelas 2 SMP. Lalu ia pindah ke Solo hingga tamat SMA.

Sebenarnya Gatot ingin menjadi arsitek. Makanya ia mendaftar ke Universitas Gadjah Mada (UGM). Tapi mengetahui anaknya mau masuk UGM, ibundanya berpesan: “Ayahmu hanya seorang pensiunan. Kalau kamu masuk UGM, maka adik-adikmu bisa tidak sekolah.” Mendengar hal tersebut, Gatot berubah haluan.

Diam-diam dia berangkat ke Semarang, mendaftar Akabri melalui Kodam Diponegoro. Sekembalinya dari Semarang, ia memberitahu ibunya bahwa ia sudah mendaftar ke Akabri. Ibunya langsung mengizinkan dengan pesan, “Jika kamu menjadi tentara, kamu harus menjadi anggota RPKAD.” Menurut Gatot, ibunya terobsesi anaknya menjadi anggota RPKAD karena rumah orang tua ibunya dekat dengan markas RPKAD di Cilacap.

Setelah lulus Akabri 1982, Gatot berusaha masuk menjadi anggota Kopassus (nama baru RPKAD). Tapi dalam usaha pertama ia tidak diterima. Pada kesempatan berikutnya, setelah berpangkat Kapten, saat bertugas di Pusat Latihan Tempur di Baturaja, Sumsel, ia kembali mendaftar masuk Kopassus. Kembali tidak diterima. Sebenarnya kesempatan tersebut sudah habis. Tapi Gatot tidak pernah menyerah. Ia terus berdoa kepada Allah SWT agar suatu hari bisa diterima menjadi prajurit Kopassus.

Kesempatan itu akhirnya datang setelah ia menjabat KSAD (25 Juli 2014–15 Juli 2015). Tak lama setelah pelantikan, Gatot memanggil Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo dan menyampaikan maksudnya ingin mendaftar pendidikan Kopassus. Tapi Agus Sutomo menyampaikan, “Tidak usah ikut pendidikan Pak, nanti Bapak saya kasih brevet kehormatan saja”. Tapi Gatot menolak. Ia bersikukuh mau mendapat baret merah melalui jalur normal.

Maka masuklah Gatot menjadi siswa Kopassus. Ia mengikuti semua prosedur normal, mulai dari pendaftaran, ujian, hingga penyematan brevet komando dan baret di pantai Cilacap. Untuk itu, ia harus melalui ujian yang keras, antara lain senam jam 2 pagi, lalu direndam di kolam suci Kopassus di Batujajar. Kemudian longmarch, hingga berenang militer selama lebih 2 jam dari pantai Cilacap ke pulau Nusakambangan. Bahkan Gatot juga mengikuti pendidikan Sandi Yudha yang salah satu ujiannya harus menyusup masuk ke suatu tempat yang terkunci dan dikawal ketat oleh prajurit Kopassus. Ia lolos mulus.

Gatot akhirnya diyatakan lulus semua tahapan dan resmi diangkat menjadi keluarga besar Korps Baret Merah di pantai Permisan Cilacap, Jawa Tengah, pada 2 September 2014. Tidak seperti “brevet kehormatan” Kopassus yang disematkan di dada sebelah kiri penerimanya, brevet pasukan komando tersebut disematkan di dada sebelah kanan Gatot, sebagai tanda ia menerimanya melalui prosedur selayaknya yang harus dilalui setiap prajurit Kopassus.

Setelah resmi menjadi prajurit Kopassus, Gatot naik helikopter dari Cilacap ke Kartosuro (Markas Grup 2 Kopassus). Masih berbaret merah, pakai loreng, darah mengalir, masih pakai hitam-hitam samaran dan masih bau lumpur, ia langsung menuju makam kedua orang tuanya di Solo. Di depan makam kedua orang tuanya itu ia memberi hormat dan menyampaikan,”Ibu saya sudah menunaikan tugas.”

Dan itu terjadi saat Gatot berusia 55 tahun.

Majalah FORUM KEADILAN Edisi 08