Selamat sore waktu Jakarta..
Sebetulnya soal BTP ini bukan masalah agama saja, tapi ada masalah yang lebih besar. Kalau tidak mengapa seluruh pejabat negeri ini energinya di tumpahkan hanya untuk membela BTP.
BTP yang nota bene adalah reprensentasi kekuatan konglomerat untuk menguasai perekonomian melalui politik, juga sebagai kartu truf para konglomerat untuk Pilpres 2019.
Saya menulis ini tidak mengarang , saya yang pernah menjadi salah satu wartawan dengan spesialisasi meliput konglomerat di Indonesia ini, paham betul bagaimana perangai konglomerat China atau Taipan di Indonesia.
Saya tau juga bagaimana hubungan mereka dengan lembaga-lembaga mulai Kepresidenan , TNI, Polri , DPR dll semua ada dalam genggamannya .
Kalau Pak Harto yang selama 30 tahun memberi mereka jalan sutra saja dibiarkan tumbang dihajar Amerika, apalagi Presiden-Presiden setelah jaman reformasi .
Saya kasih gambaran, seorang Presiden itu kalau mau reshufle kabinet saja konsultasinya dengan konglomerat .
Singkat cerita, negara ini sejatinya yang berkuasa konglomerat. Namun belakangan mereka "membeli" terlalu mahal politikus dan partai politik, sehingga mereka berfikir , mengapa tidak memunculkan Presiden dari kalangan mereka sendiri, apalagi demokrasi di Indonesia sudah demikian longgar dan rakyat mudah di pecah belah.
Dengan memunculkan BTP sekarang jadi Gubernur dan Wakil Presiden tahun 2019 maju berpasangan dengan Jokowi, lalu 2024 menjadi Presiden, memang cost politik akan mahal, tetapi pasca 2024, seluruh negeri ini bisa mereka kuasai dari hulu sampai hilir.
Jadi tolong yang sekarang Anda punga anak, kalau Pasca 2024 kira -kira Anak Anda apakah nanti mampu membeli property (rumah), apakah Anak Anda akan bisa jadi petinggi atau eksekutif di negeri ini ...?!
Renungkan itu ..Jangan eforia sesaat hanya supaya Anda terlihat modern, berpikir maju, sehingga Anda memilih Orang yang suatu saat akan membuat kita semakin terpinggir.....
Jakarta, 14 Februari 2017