Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani
Diam-diam elit Istana membuat perjanjian "agung" dengan rezim komunis Cina. OBOR (one belt one road), sebuah perjanjian politik yang menandatangani sekitar 26 proyek sekaligus, yang jelas-jelas itu akan merugikan negara kita. Tanpa meminta restu kepada segenap penghuni bangsa, rezim ini menerima tawaran hutang riba dari Cina dengan berupa puluhan aset negara sebagai jaminannya.
Padahal sebelum ada proyek OBOR pun Indonesia sudah menanggung hutang yang sangat besar nominalnya, lebih dari 5000 Trilyun rupiah, belum lagi dengan bunganya. Sebelum ada kesepakatan itu pun TKA Cina sudah merayap di mana-mana. Jelas ini menunjukan bahwa rezim ini semena-mena. Tidak memikirkan nasib masa depan bangsa, yang penting pembangunan terkesan mewah.
Mereka tidak mau belajar dari negara-negara lainnya yang kini terjajah sebab terperangkap hutang besar Cina. Nestapa negeri Tibet, Zimbabwe, Nigeria, Srilanka dan Pakistan seolah tidak mau dijadikan ibrah. Asalkan mendapat bagian jatah, para elit politik siap menyembah-nyembah para taipan cina.
Lima negara yang gagal membayar hutang ke Cina itu konsekuensinya adalah mulai dari mengganti mata uang menjadi Yuan hingga memberikan semua aset bangsa yang sudah dijadikan sebagai jaminannya. Pelabuhan, Bandara, Pulau-pulau yang kita punya akan menjadi hak milik Cina.
Pernahkah kita mendengar tentang orang yang disegel rumahnya, diambil paksa kendaraannya oleh debt colector karena tidak mampu membayar cicilannya?
Seperti itulah nasib masa depan Indonesia dengan jeratan hutangnya, terlebih lagi ke Cina. Jangan anggap remeh ini semua, karena Tibet dan beberapa negara lainnya sudah menjadi korban mereka. Jangan larut kita dengan perdebatan khilafiyah, karena itu tidak berguna bagi masa depan bangsa.
Saya memang hanya guru ngaji biasa, tetapi saya menyempatkan waktu untuk memikirkan itu semua. Kami berdiskusi, bermusyawarah dengan para ulama lainnya mengenai berbagai permasalahan bangsa. Dan ketika mencari jawabannya kepada dalil-dalil agama, ternyata semua itu terjadi karena terlalu banyak negeri ini mencampakkan aturan-aturan Allah swt.
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan jika Kami menghendaki, pasti Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya, maka perumpamaannya sama seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir," (Qs. Al-A'raf: 176).
Kami menentang hegemoni komunisme Cina, sehingga wajar apabila kami dibenci oleh penjilat-penjilatnya. Itulah resiko beramar ma'ruf nahi munkar kita.
#TolakPenjajahanCina
Garut, 7 Ramadhan 1440/12 Mei 2019