Saturday, August 5, 2017

Salah Satu Kelemahan Dari Militer Kekhilafahan Utsmaniyyah

Oleh : Azzam Mujahid Izzulhaq


Salah satu kelemahan dari militer Kekhilafahan Utsmaniyyah adalah tidak memiliki badan intelijen khusus. Sebagai penguasa umat Islam sedunia pada saat itu dan memiliki angkatan bersenjata yg besar, para Sultan tidak menaruh konsentrasi ke sana. Merasa kuat, justru menjadi awal titik lemahnya.

Ketidakberadaan badan intelijen ini kemudian dimanfaatkan oleh sejumlah pihak yg berkepentingan dengan upaya peruntuhan kekuasaan dan kekuatan Islam. Inggris, sebagai representasi kekuatan Tentara Salib kemudian memanfaatkan titik lemah ini.

Tahun 1710, Kementerian Kolonial Kerajaan Inggris mengirimkan sejumlah intelnya ke Mesir, Irak, Hijjaz dan Istanbul. Setidaknya, pada misi di awal tahun 1710 ini, 10 orang intel dikirimkan ke daerah-daerah pusat peradaban dan pemerintahan Islam saat itu.

Mereka dibekali uang, informasi, peta dan daftar nama-nama negarawan, pemuka agama dan pemuka suku. Tidak cukup dengan itu, beberapa tahun sebelumnya 10 orang intel Inggris ini dibekali kemampuan belajar bahasa Arab, Turki dan Persia. Mereka juga mempelajari dasar-dasar ilmu agama secara kontinyu sebelumnya.

Salah satu intel Inggris yg menjalani misi besar merusak tatanan pemerintahan Kekhilafahan Utsmaniyyah adalah Hempher. Di Istanbul, ia mengganti namanya dengan Muhammad. Ia belajar Al Quran kepada seorang Hoca bernama Ahmad Effendi. Ia pun menjadi ta'mir di salah satu Masjid di Istanbul. Dan dalam kurun waktu 2 tahun, ia berhasil menghafalkan Al Quran.

Di tahun 1884, apa yg dilakukan dan diinisiasi oleh Hempher kemudian dilanjutkan oleh Snouck Hurgronje (1857-19336). Apa yg dilakukan oleh Hempher dicopy paste seluruhnya. Snouck bahkan menembus kota suci Makkah Al Mukarramah. Mempelajari Islam di sana. Snouck pun berhasil menghafalkan Al Quran dan menguasai beragam keilmuan Islam. Dan membantu Gubernur Hijjaz mendokumentasikan prosesi ibadah haji di sana.

Bedanya, Hempher bekerja untuk Inggris. Sedangkan Snouck bekerja untuk Belanda. Tujuannya sama, menghancurkan Islam. Jika Hempher di kawasan Arab, Snouck fokus di kawasan Nusantara.

Apakah ada penerus Hempher dan Snouck di zaman modern ini? Ada. Bahkan banyak.

Kita memang diajarkan untuk berbaik sangka kepada semua orang. Namun, tetap waspada adalah keniscayaan yg dibutuhkan. Karena melalui 'berbaik sangka'-lah Hempher dan Snouck kemudian mengalami keberhasilan memporak-porandakan kekuatan umat Islam. Karena kita hidup di zaman apa yg kita lihat belum tentu apa yg terjadi sebenarnya.

Upaya mengingatkan umat Islam agar juga berwaspada dan mengambil pelajaran dari sejarah masa lampau adalah sebagai langkah untuk merekonsiliasi umat ini menuju kebangkitan Islam. Sehingga bukan sekedar sebagai masyarakat yg hanya bisa mengenang The Glory of The Past, lalu kemudian terlena dengan tipu daya kekuatan yg ingin menghancurkannya. Tetapi juga harus bisa meraih kembali segemilang di masa lalu, yg pada gilirannya kita dipergilirkan Allah menjadi umat yg bisa menjemput The Glory of The Future. Semoga.

Fanatiklah terhadap Islam-nya. Bukan kepada Arab-nya. Apalagi hanya kepada sukunya.

No comments:

Post a Comment