Kita semua tahu bahwa awal pemicu Perang Dunia ke II terjadi ketika Hitler mengumumkan menolak pembayaran utang Luar Negeri Jerman saat jatuh tempo tanggal 23 Maret 1933, dengan kata lain dia merobek utang dan reparasi dari perjanjian Versailles.
Kebijakan Hitler itu akhirnya pada tanggal 24 Maret 1933, organisasi Yahudi Internasional yang menguasai 80% bisnis di Eropa antara lain Bank Pribadi, kepemilikan saham serta para broker menyatakan perang terhadap Jerman karena mereka merasa dirugikan oleh kebijakan Hitler tersebut.
Tidak terima dengan ancaman organisasi Yahudi itu, Hitler pun mengambil tindakan militer secara agresif membantai bangsa Yahudi di Jerman dan Eropa hingga mengakibatkan Perang Dunia II.
Kondisi yang terjadi di Asia Pasifik hari ini mirip seperti kondisi pada awal Perang Dunia II antara Jerman dan bangsa Yahudi.
Dimana, bisnis, ekonomi, dan keuangan/perbankan hampir di semua negara-negara Asia Pasifik telah dikuasi oleh negara China dan Overseasnya termasuk negara Indonesia.
Tidak saja itu, bahkan China dan Overseasenya telah merampok negara Amerika Serikat, seperti yang dikemukakan oleh Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump “Kita tidak bisa terus membiarkan China merampok negara kita. Itulah yang akan kami lakukan. Kami sedang melakukan perubahan. Jangan lupa, kami juga memiliki kartu dan banyak kekuatan dengan China”.
Esensi dari apa yang disampaikan oleh Donald Trump ini tidak beda jauh seperti apa yang telah dilakukan oleh Hitler terhadap bangsa Yahudi. Pernyataan Donald Trump itu mengindikasikan akan memperkuat nasionalisme bangsa Amerika Serikat untuk Bangkit melawan China dan Overseasenya.
Selain itu, kepentingan hegomoni regional Amerika Serikat di Asia Pasifik dan di Laut China Selatan semakin intens yang berpotensi akan berhadap-hadapan dengan China dan Korea Utara.
Hal ini dikarenakan, China dan Korea Utara sudah siap untuk mengambil kontrol Asia Pasifik dan Laut China Selatan dari tangan Amerika Serikat dengan terus membangun kekuatan militer mereka sebagai strategi mutlak menyingkirkan Amerika Serikat.
Upaya China dan Korea Utara ini bertujuan agar lebih leluasa mengendalikan pasar Asia Pasifik baik bisnis, ekonomi, keuangan perbankan perbankan serta kerja sama bisnis global jangka panjang dan sekaligus menjaga potensi sumber daya hayati dan mineral yang terkandung di Laut Cina Selatan.
Gerakan China dan Korea Utara ini berbasis superiority skin color etnic yang ujung-ujungnya adalah menyatu dalam kepentingan SARA (komunis).
Jika China dan Korea Utara berupaya keras menyingkirkan hegomoni regional Amerika Serikat dengan menonjolkan kekuatan militer mereka dari Asia Pasifik dan Laut China Selatan.
Maka Amerika Serikat pun tidak akan diam karena strategi China dan Korea Utara ini tentu mengganggu kepentingan regional Amerika Serikat.
Dengan demikian dapat dipresiksikan akan terjadi perang militer berbasis SARA antara nasionalisme kulit putih Amerika Serikat yang dibantu sekutu versus China dan Korea utara (komunis).
Sedangkan negara-negara yang sedang bersengketa dengan China di Laut China Selatan dan negara-negara yang dijajah oleh China melalui utang-piutang, ekonomi, dan bisnis sebagian besarnya akan membantu Amerika Serikat dan sekutu sebagai gerakan solidaritas anti China.
Pertanyaannya bagaimana dengan Indonesia ?
By : Dahlan Watihellu
No comments:
Post a Comment