Karena itu hanya uang receh, kita mungkin dengan gampang berkata, “Ya boleh.”
Namun tahukah Anda? Penghasilan minimarket dari uang receh seperti itu bisa mencapai miliaran rupiah. Tragisnya, uang itu mungkin disumbangkan ke lembaga-lembaga yang tidak kita sukai.
Menurut Wikipedia, jumlah In**mart sampai awal tahun 2016 di Indonesia 12.100, kalau satu transaksi saja ambil rata-rata Rp. 100,- tidak ada kembalian kemudian dibiarkan begitu saja maka 12.100 x 100 = Rp. 1.210.000,- ini baru 1kali transaksi, katakan jika per 5 menit 1000 x transaksi se Indonesia maka perjamnya = 1000 x 12 x Rp.100 x 12.100 indomaret = Rp.14.520.000.000,-/jam. Wow jadi masih anggap remeh Rp. 100 rupiah ?
Ayo mulai sekarang belanja di pasar pasar tradisional atau toko-toko saudara muslim...
Sejak beberapa tahun lalu, sering muncul info berantai mengenai penggunaan uang receh dari minimarket ke lembaga-lembaga yang program-programnya merugikan umat Islam.
Saya tak bisa memberitahu apakah info itu benar atau salah. Namun jika kita ragu, sebaiknya tolak saja tawaran untuk menyumbangkan uang receh tersebut.
“Kok ditolak? Cuma uang receh gitu kok pelit banget?”
Ini bukan soal pelit atau dermawan. Ini soal SIKAP. Walau hanya uang receh, namun jika uang tersebut digunakan untuk hal-hal yang merugikan umat misalnya, tentu kita ikut terkena dosanya, bukan?
Masa sih, kita ikut serta dalam upaya-upaya untuk merugikan umat kita sendiri?
Saya secara pribadi nih, biasanya selalu pura-pura sibuk memandang ke arah lain ketika si kasir selesai menghitung total belanjaan. Agar dia tidak menanyakan soal sumbangan tersebut.
Dan jika dia bertanya, saya biasanya menjawab, “Mau saya sumbagkan ke kotak amal yang di depan itu aja.”
Ya, di depan tiap minimarket kan biasanya ada kotak amal. Mending uang receh kita disumbangkan ke situ saja, karena lebih jelas.
Sekolah yang Dibiayai dari Uang Receh
Tanggal 22 Februari 2014 kemarin saya mengisi pelatihan penulisan untuk guru2 di Sekolah Juara, Jakarta. Sempat takjub saat berbincang dengan kepala sekolahnya ketika sesi istirahat.
Katanya, Sekolah Juara yang merupakan milik Rumah Zakat ini didanai dari uang receh, alias uang kembalian dari Lotte Mart.
Anda yang terbiasa belanja di minimarket mungkin sering ditanyai oleh kasir, “Uang kembalian Rp 100 boleh disumbangkan?”
Rp 100 memang hanya uang receh. Tapi jika dikumpulkan, ternyata jumlahnya bisa miliaran rupiah! Dan Sekolah Juara dibiayai dari uang receh seperti ini.
Mendengar penuturan sang kepala sekolah, saya takjub sekaligus kagum. Saya pun langsung teringat pada minimarket yang juga rajin mengumpulkan uang receh dari para pembeli.
“Karena saya terjun langsung di situ, maka saya tahu seluk-beluknya,” ujar sang Kepala Sekolah. “Ada minimarket yang bekerja sama dengan organisasi yang berafiliasi dengan lembaga-lembaga yang selama ini memusuhi dakwah. Jadi sebaiknya jangan sumbangkan uang kembalian Anda pada mereka.”
Saya manggut-manggut. Ternyata jika uang receh dikelola dengan baik, sebenarnya hasilnya bisa sangat luar biasa. Bisa membuat anak-anak tak mampu bersekolah gratis, berobat gratis, dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment